Persahabatan Yang Abadi
Sebut saja Iqbal, laki-laki berumur 13 tahun. Ia terlahir dengan satu
ginjal. Saat dia berumur 4 tahun, dokter mengatakan, bahwa ginjalnya
yang dapat berfungsi, hanya satu. Tentu saja, “Lelah” menjadi pantangan
dalam hidupnya. Senyum indah tak selalu hadir di bibirnya. Dalam satu
hari, 32 suntikan injeksi harus menancap tajam di kulitnya, untuk
mengatasi rasa sakit. Ia sangat memimpikan kehidupan normal seperti yang
lain pada umumnya. Tapi, sahabat sejatinya, Horan, selalu membuat hidup
Iqbal penuh semangat. Horan selalu mengatakan, “Hanya memiliki satu
ginjal, tak akan membuatmu kehilangan hak untuk dapat hidup normal” Itu
membuat Iqbal merasa bahagia.
Suatu hari, Iqbal terlihat sangat lemas. Horan yang melihatnya, tak dapat menahan rasa iba.
“Ada apa?” tanya Horan.
“Tidak, aku tak apa-apa.” jawab Iqbal
“Hey, sudah kubilang jangan ikut pelajaran olahraga!” kata Horan.
“Ah, aku hanya ingin mencoba melakukan itu. Apa salah? Satu kali saja.” jawab Iqbal
Suasana pun terhening.
“Ya, aku tau. Tapi kondisimu sangat tidak memungkinkan, kau tau itu?” jawab Horan
“Aku sangat tau itu, Horan.”
“Sudahlah, kau ingin persahabatan kita berakhir hanya karena pelajaran
olahraga?” sambung Iqbal sembari meninggalkan Horan. Horan terlihat
sangat kecewa mendengar jawaban sahabatnya.
“Aku tak tau apa yang harus kulakukan untukmu, sobat. Aku hanya bisa
mengingatkan kondisimu, tak ada yang lain” kata Horan dalam hati.
Hari-hari Iqbal, sungguh sangat menyedihkan. Tapi, Iqbal tak pernah menunjukkan itu.Apalagi, di depan sahabatnya, Horan.
Hari itu, Iqbal sedang belajar kelompok di rumah Horan. Horan sudah
lama menceritakan tentang Iqbal kepada Ibunya. Ibu Horan, sudah
menganggap Iqbal seperti anaknya sendiri, sejak kedua orang tua Iqbal
meninggal dunia. Iqbal tinggal bersama Bibinya sejak itu.
“Horan, kau itu.. sahabat sejatiku” kata Iqbal dengan senyum
Tiba-tiba saja, Iqbal merasa kesakitan. Horan dan ibunya sangat
kebingungan. Mereka pun memutuskan untuk membawa Iqbal ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit, Dokter mengatakan kepada Ibu Horan, bahwa
keadaan Iqbal semakin parah. Satu-satunya jalan untuk mengatasinya,
adalah pendonoran ginjal. Horan mendengar itu. Ia segera berkata kepada
Ibunya,
“Ibu, biarkan aku yang melakukan itu.”
“Nak, apa kau sungguh-sungguh?” tanya Ibu Horan dengan sedih.
“Tentu, Bu. Iqbal sudah ku anggap seperti saudara sendiri. Ibu
juga,sudah menganggapnya sebagai anak ibu. Apa ibu tega membiarkan Iqbal
merasa kesakitan terus setiap harinya?” Horan menanggapi.
Sementara Iqbal, belum tersadar. “Baiklah” jawab Ibu Horan sambil memeluk Horan.
Pendonoran pun berlangsung sekitar 2 jam, dan itu berhasil.Horan dan Iqbal saling menatap di atas kasur rumah sakit mereka.
“Hey, Horan,apa yang kau lakukan di sini?” tanya Iqbal lemas.
“Hey, Iqbal. Impianmu akan segera tercapai, sobat. Kau akan merasakan
nikmatnya hidup normal bersama aku dan keluargamu” jawab Horan.
“Bagaimana bisa?” tanya Iqbal
“Sudahlah.. jangan pikirkan itu. Yang penting, sekarang kamu dapat hidup dengan bahagia” jawab Horan tak berdaya.
Setelah pendonoran itu, Iqbal dan Horan pun dapat bergembira bersama. Mereka, lebih dekat dibandingkan siapapun.
5 bulan kemudian, Horan pun meninggal dunia. Semua menangisi
kepergiannya, terutama Iqbal. Horan meninggalkan keluarganya. Ibu
menjelaskan apa yang telah Horan lakukan untuknya, dan juga selama ini
dia rahasiakan kepada Iqbal.
Iqbal tercengang. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan untuk membalas
kebaikan Horan. Ia tak dapat berhenti menangisi kepergian Horan.
“Selamat Jalan.. Horan. Bahagialah di sana, aku akan berusaha untuk
menyusulmu dengan senyuman nanti, dan membalas kebaikanmu” Iqbal pun
terisak.
Selesai
Posting Lebih Baru Posting Lama